Organisasi dalam perspektif saya adalah sebuah wadah untuk menyalurkan bakat, minat, dan juga kekreatifan anggotanya. Setahun lalu organisasi Himpunan Mahasiswa Farmasi atau yang biasa disingkat HMF dibentuk. Dengan berlandasan kebersamaan organisasi ini diharapkan mampu mendongkrak popularitas prodi Farmasi yang memang cukup temaram dibanding prodi yang lain. Panitia pembentukanpun dibentuk, ketua dan jajarannya disiapkan. Satu-satunya kandidat kala itu yang "pasti" adalah saudara Hendra Prasetya yang bisa dibilang paling aktif dalam organisasi kampus dari pihak farmasi. Pelantikanpun dilakukan, program kerja dicanangkan, dibuat begitu spektakuler dan penuh keoptimisan.
Setahun berlalu, tiba saatnya pelepasan jabatan serta pertanggung jawaban hal-hal yang berkaitan dengan kepemimpinan. Mubespun diadakan, bertempat di Sombpo Opu, segala hal yang menyangkut kepemimpinan siap untuk dibedah. Hasilnya adalah sebuah kesimpulan kegagalan kepemimpinan dalam mengelola landasan kebersamaan.
Saya masih ingat, setahun yang lalu semua teman-teman saya begitu antusias datang dengan penuh semangat 45. Msing-masing pemimpin anak bab mendeklarasikan program-programnya serta janji-janjinya. Selesai pembentukan hari itu bukannya menjadi suatu misi yang serius untuk mencapai tujuan, tapi faktanya misi-misi yang terdeklarasi hanyalah formalitas velaka. Keapatisan anggota serta "miss Comunication" yang parah adalah faktor utama gagalnya Himaprodi Farmasi. Analoginya, Organisasi diibaratkan seperti sebuah kapal yang membutuhkan nakhoda serta awak yang kompak. Jika hanya nakhoda yang bekerja tanpa ada campur tangan awak kapal, kapal itu tak akan berjalan dengan lancar. Seperti itulahyang terjadi dalam organisasi yang saya ikuti. Sejak awal retardasi sudah sering terjadi. Himbauan ketua yang ingin menggerakkan anggotanya dianggap iklan yang tak menarik untuk diikuti. Hal itulah yang akhirnya membuat sang pemimpin lebih memilih berjalan sendiri ketimbang harus membuang-buang waktu membuat proposal rayuan untuk para anggotanya. Sementara pemimpin mencoba eksis untuk terus menghidupkan HMF, para kadernya lebih disibukkan dengan urusan individu masing-masing. Alih-alih menciptakan anggota yang kompetitif, organisasi ini lebih terlihat "stupor" dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Interpolasi pun berakhir di gang buntu.
Kemarin saya selaku anggota asal ngikut (anggota formalitas belaka) datang untuk mendukung kepemimpinan baru tanpa tahu rancangan pertanggung jawaban yang telah tersusun rapi di lembar LCD. Iritable yang terpendam dalam diripun membuat suasana hati yang nyaman menjadi reverse. Pedasnya reaksi yang tak mampu diterima membuat saya serasa mendengarkan sarkasme bodoh yang jauh dari akal pikiran saya. Definisi yang salah kaprah akibat anggotanya yang tidak komprehensif membuat komunikasi serasa salah sambung. Menjawab pertanggung jawaban pun juga menjadi sebuah pertanyaan. Apalagi ketidak hadiran pengurus inti yang menggunakan alibi tidak masuk akal telah menambah daftar minus dalam catatan analisa perspektif masing-masing pihak. Tapi toh semua itu telah berakhir, kepemimpinan yang baru telah menggantikan kepemimpinan yang lama. Dalam lubuk hati saya yang paling dalam saya berharap kepemimpinan yang baru mampu membuyarkan keautisan para anggotanya yang apatis terhadap organisasi ini. Dan mampu menjembatani perdamaian antar angkatan yang telah terdistorsi oleh provokasi.
No Comments
Himaprodiku Sayang, Himaprodiku Malang
.