Tentang Kemarin


.

Kehidupan itu seperti sebuah perjalanan, dan ketika sampai pada ujung jalan dimana kita seharusnya berhenti, disitulah kita harus berhenti, mengakhiri semuanya, dan meninggalkan semuanya. Pagi ini masih teringat dengan jelas ketika semalam saya melihat tubuhnya terbaring kaku, tak lagi bernafas, tak lagi bergerak. Seperti tertidur lelap, lelap sekali hingga tak satupun orang bisa membangunkannya.
Sesuatu yang kontras, paradoks dan bertolak belakang memang selalu ada dalam misteri sebuah hari, dimana ketika ada orang tertawa, ada juga orang menangis, ada orang datang dan ada pula orang pergi. Kemarin adalah hari itu, hari yang membuat saya bertanya tentang banyak hal, hari yang akhirnya membawa saya dalam renungan kehidupan yang jauh dari angan saya.



















Sore hari kemarin ketika pulang saya diajak ke acara resepsi pengantinnya teman tante saya, orang yang cukup sering saya lihat dalam hari-hari saya. yah meskipun saya tak mengenalnya saya cukup tau tentang dirinya. Dalam perjalanan tante saya cerita tentang tragedi yang baru saja lewat, tentang seorang mahasiswa korban tabrak lari yang tak terselamatkan. Tak ada fikiran khusus tentang hal itu lebih jauh, hanya mengira-ngira dan hanya sebuah bayangan yang saya tepis. Hingga akhirnya telfon saya berdering. Telfon dari teman saya yang menyampaikan kabar duka itu. Tentang kepergian teman SMA saya yang begitu mendadak.
Saya terdiam cukup lama. Hingga akhirnya saya sadar orang yang diceritakan tante saya barusan, Tokoh dalam tragedi yang baru saja berlalu itu adalah teman saya.
tak ada yang ingin saya lakukan kala itu selain datang kerumahnya.
Jam 08.30 WITA saya pulang dari resepsi dan langsung pergi kerumah teman saya tersebut bersama teman saya yang memberikan kabar itu. Disana, dirumah duka itu telah banyak orang datang, wajah-wajah yang tak asing lagi itu terlihat begitu sendu, begitu berembun.
Saya masuk untuk melihatnya. Tangisan-tangisan yang terdengar begitu ngilu akhirnya membuat saya tak tega untuk menatapnya lebih lama. Saya keluar dan duduk di beranda rumahnya, terdengar banyak perbincangan tentangnya, tentang kepergiannya yang begitu tiba-tiba, tentang cerita yang belum sempat terselesaikan, atau tentang senyumnya yang dulu pernah ada. Dalam hiruk pikuk cerita itu, fikiran saya mulai meraba pertanyaan-pertanyaan yang entah kenapa bisa muncul. Ada bayangan yang menggambarkan bagaimana jika saya yang terbaring di sana, membeku dan tak bisa lagi menyapa. Apakah ada orang yang datang untuk melihat saya terakhir kalinya, lalu apa yang akan mereka katakan tentang saya? adakah kenangan yang bisa membuat mereka selalu mengingat saya? baik atau buruk?? pertanyaan itu bermain dalam pikiran saya membuat dimensi tersendiri.
jujur tentangnya saya tak punya banyak cerita, jikalau ada mungkin hanyalah sebuah sapaan atau senyuman yang entah itu pernah ada atau tidak. Saya hanya mengetahuinya sebagai teman SMA saya yang cukup pintar, santun dan religius. Rasanya saya mengetahuinya meski tak pernah duduk bersama dengannya, rasanya saya mengenalnya meski tak pernah berbincang dengannya, dan seperti itulah rasanya kepergiannya itu hanyalah sebuah berita bohong yang sulit dipercayai. Dan ternyata selama ini adiknyalah yang tak asing dalam hari-hari saya. fakta yang baru saya ketahui ketika kabar kepergiannya.

Kematian selalu menjadi sebuah trending topic dalam perenungan sebuah kehidupan, tentang bagaimana kehidupan itu berakhir. Usia hanyalah sebuah angka, tak bisa menjamin seseorang akan lama bersua atau hanya sebatas tersenyum. Perjalanan yang akhirnya membawa kita mengarungi kehidupan baru dalam dunia baru yang tak terjamah.
perbedaan keadaan dari menit satu ke menit lainnya, tak ada seorangpun bisa mengetahuinya.

Andai saya menepati janji saya untuk pulang pukul 5, andai saja rasa kantuk itu tidak datang, atau anda saja saya tak singgah sejenak menonton tayangan film korea itu mungkin tragedi itu terlewat dihadapan saya, atau bisa jadi saya juga ikut mengalaminya. Hanya sebuah perbedaan menit tentang takdir seseorang, saya ingat sore itu ketika turun dari mobil saya melihat banyak orang di depan lorong rumah saya, meski bertanya-tanya dalam hati tapi saya tak sempat berfikir apa-apa. Yang terlintas kala itu mungkin adalah kecelakaan mobil seperti biasa, Jalan depan lorong tempat saya tinggal itu memang terkenal rawan untuk kendaraan. Saya tak sempat menyeberang karena kami berniat untuk langsung pergi saja. Tanpa menyangka ataupun bertanya tentang siapa. Dan mendung pagi ini turut mengantarkannya ke pembaringan terakhir.

For you
i just wanna say goodbye,
Rest in peace sister
Nice to see you for the last time
in memoriam Dian Sabrina.



Your Reply

I Am A Dusk Pirate

I Am A Dusk Pirate

Dusk and Summer

Dusk and Summer